Petakan faktor Risiko Penyakit Berpotensi KLB, PMI Gelar Lokalatih Pengendalian KLB dan SBM

IMG-20220928-WA0018KETAPANGNEWS.COM-PMI Pusat dan Kabupaten Ketapang mengelar kegiatan Lokalatih Pengendalian Kejadian Luar Biasa ( KLB) dan Surveilands Berbasis Masyarakat (SBM) kepada Stap dan Relawan Desa Sukabangun di Aula Puskesmas Sukabangun Rabu (28/09/2022).

Kegiatan Community Pandemic Preprared Ness Program (CP3) ini juga akan dilaksanakan di Desa Tangjungpura Kecamatan Muara Pawan Ketapang Kalbar.

Kegiatan ini di laksanakan agar peserta dapat memetakan faktor risiko/ancaman penyakit berpotensi KLB yang ada di wilayahnya masing-masing dan menentukan tindakan aksi untuk setiap fase kejadian KLB dan dapat melaksanakan kegiatan surveilans berbasis masyarakat.

Penangung Jawab Program CP3 Nasional Nursita menjelaskan, Epidemi dan pandemi berskala besar merupakan ancaman serius tidak hanya untuk kesehatan global tetapi juga kepada negara, masyarakat dan individu dalam upaya untuk mencapai ketahanan terhadap risiko kesehatan.

” Epidemi dan pandemi mempengaruhi semua sektor, berdampak pada layanan kesehatan rutin, keamanan ekonomi dan pangan, perdagangan, pendidikan, ketertiban sipil, komunikasi, transportasi, dan banyak area kehidupan lainnya,” ungkap Nursita.

PMI Pusat dan Kabupaten Ketapang mengelar kegiatan Lokalatih Pengendalian Kejadian Luar Biasa ( KLB) dan Surveilands Berbasis Masyarakat (SBM) kepada Stap dan Relawan Desa Sukabangun di Aula Puskesmas Sukabangun Rabu (28/09/2022).
PMI Pusat dan Kabupaten Ketapang mengelar kegiatan Lokalatih Pengendalian Kejadian Luar Biasa ( KLB) dan Surveilands Berbasis Masyarakat (SBM) kepada Stap dan Relawan Desa Sukabangun di Aula Puskesmas Sukabangun Rabu (28/09/2022).

Ancaman penyakit menular yang muncul, Kata Nursita termasuk penyebab zoonosis, dan meningkatnya prevalensi penyakit yang sebelumnya dikontrol oleh upaya vaksinasi, menjadi perhatian kesehatan masyarakat secara global.

Nursita mengungkapkan, sejak tahun 2014, hampir 50 negara, organisasi internasional dan pemangku kepentingan baik Pemerintah maupun Non-pemerintah berkolaborasi dan membangun kapasitas untuk pelaksanaan International Health Regulation berdasarkan Global Health Security Agenda (GHSA). GHSA mendukung pendekatan multi-lateral dan multi-sektoral untuk mencapai kemajuan kesehatan baik lokal maupun secara global dengan memperkuat kapasitas untuk mencegah, mendeteksi dan merespon ancaman penyakit menular.

Nursita menuturkan, sejak 2005, melalui upaya pengendalian Flu Burung dan pencegahan Pandemi Influenza, PMI bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pertanian, melakukan berbagai kegiatan dengan strategi peran PMI dalam hal, Meningkatkan community awareness (kesadaran dan kewaspadaan masyarakat, Community Based Surveillance (pengawasan kasus berbasis masyarakat, Menggerakkan biosecurity yang berbasis masyarakat; dan Proteksi staf serta relawan PMI.

” Bentuk kegiatan yang dilakukan berupa pelatihan, kampanye dengan target sasaran populasi kunci dari rantai distribusi perunggasan, termasuk masyarakat dan sekolah,” ujarnya.

Nursita melanjutkan, melalui program Humanitarian Pandemic Preparedness (H2P), PMI melakukan roll-out training, penyiapan sumberdaya sebagai first responder terkait ancaman kejadian pandemi, di tingkatan PMI Provinsi dan kabupaten/kota seluruh Indonesia. Pada tahun 2010-2012, PMI kembali melaksanakan program Strategic Against Flu Emergence (SAFE)
di dua provinsi (Jawa Barat dan Banten) dengan target 10 kabupaten/ kota dan focus kegiatan pada pencegahan dan pemutusan rantai penularan penyebaran flu burung pada rantai distribusi pasar (pemberdayaan pasar sehat).

Dalam rangka menghadapi risiko penyakit menular yang semakin meningkat, lanjut Nursita ,penguatan kapasitas masyarakat dalam deteksi dan respon dini penyebaran penyakit menular di masyarakat menjadi prioritas program yang harus dilaksanakan.

“Ancaman munculnya penyakit infeksi baru dan penyakit-penyakit zoonosis yang melibatkan isu kesehatan manusia, kesehatan hewan dan lingkungan semakin meningkat seiring perubahan perilaku dan menurunnya kualitas lingkungan, katanya.

Nursita menambahkan, kegiatan surveilans berbasis pelaporan gejala penyakit menular serta kejadian yang tidak biasa atau unusual event berbasis masyarakat menjadi kegiatan awal atau early action yang harus dilaksanakan oleh masyarakat dalam rangka deteksi dan respon dini kejadian epidemi dan pandemi.

” Sebagai salah satu prioritas kegiatan yang dilaksanakan sebagai rangkaian dari program CP3 untuk memperkuat kapasitas PMI dan masyarakat, melalui dukungan IFRC, PMI melakukan kegiatan Lokalatih Pengendalian KLB dan Surveillans Berbasis Masyarakat di 2 Desa di Kabupaten Ketapang pelaksana program CP3 Desa Sukabangun & Desa Tanjungpura, sebagai sumber daya yang akan menjadi dasar penguatan kapasitas kesiapsiagaan dan respon epidemi dan pandemi,” tuturnya.
Adapun Tujuan Kegiatan ini kata Nursita ,meningkatkan pemahaman peserta tentang pengertian KLB, Siklus KLB faktor risiko kejadian KLB, serta peran relawan PMI dalam pencegahan dan pengendalian KLB, meningkatkan keterampilan peserta dalam mengenal, merangkai dan menggunakan perangkat pengendalian KLB, meningkatkan pemahaman peserta mengenai peran dan fungsi Markas PMI Kabupaten/Kota dalam setiap siklus kejadian KLB, memperkenalkan peserta tekait sistem surveilans kesehatan manusia dan kesehatan hewan yang telah diterapkan di Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian sampai tingkatan Kabupaten/Kota dan dibawahnya serta meningkatkan pemahaman peserta dalam mobilisasi dan mendorong relawan sebagai surveilans aktif pada saat kejadian KLB/terjadi peningkatan kasus penyakit tertentu.(Jay).

Leave a Reply

Your email address will not be published.