
KETAPANGNEWS.COM—Pagi ini seperti biasa, matahari terbit bersinar dari ufuk timur menandakan bahwa pagi telah kembali. Dengan semangat terbit mentari begitulah semangat anak-anak dipelosok negeri.
Bagan Kusik merupakan sebuah Dusun di Desa Asam Besar, Kecamatan Manis Mata dengan penduduk mayoritas bersuku dayak. Dan Agama mayoritas khatolik dan Protestan, sebagian kecil beragama islam dan selebihnya masih kaharingan (aliran kepercayaan).
Di Bagan Kusik terdapat satu Sekolah Dasar Negeri yang diberi diberi nama SD Negeri 21 Manis Mata. SD ini berdiri pada Tangga 31 Januari 1984 silam. Pada tahun 2019 sudah memasuki usia 35 tahun.
Tahun berganti, estafet kepimimpinan juga berganti. Seiring dengan berjalannya waktu, Sekolahini tetap memberikan yang terbaik untuk mencerdaskan anak-anak sebagai masa depan negeri Indonesia Raya.
Akan tetapi, miris apabila kita melihat dengan usia Kemerdekaan yang sudah ke 74 tahun, SD Negeri Bagan Kusik hanya memiliki 4 ruangan kelas. Karena tidak mempunyai kantor dan ruang guru, satu kelasnya terpaksan dijadikan ruang guru dan perpustakaan.
Sementara tiga ruangan kelas lainnya dibagi untuk lima rombongan belajar. Jumlah siswa terdiri dari 46 orang dan tenaga pendidik dua orang. Kedua orang tenanga pendidik itu, satu sebaga Pelaksana Tugas Kepala Sekolah merangkap Guru kelas dan satu Guru Kelas dari Program Khusus Guru Garis Depan Kemendikbud RI Tahap 2 awal Oktober 2017 lalu.
Mengandalkan dua orang Guru dengan mengawal lima rombongan belajar, mereka harus tetap berjuang walau setiap guru mendapatkan tugas tambahan mengajar rangkap kelas, bahkan sampai 3 rombongan belajar dipegang satu guru.
Sebagai penjabaran, untuk mata pelajaran Pendidikan Agama harus dibagi menjadi tiga rombongan belajar dengan memisahkan ruangan dan menyatukan sesuai agama masing-masing siswa, agama Khatolik, Kristen Protestan dan agama Islam.
Selain itu, mereka juga mengajar pelajaran agama sesuai agama yang diyakini siswa didiknya. Pada saat jam Penjaskes, semua siswa juga harus disatukan lagi.
Jika dilihat saat ini, pemerintah yang menerapkan pendidikan berbasis Kurikulum atau lebih dikenal K-13, tentu pasti sangat menguras waktu dan tenaga bagi pendidik ini, terutama membagi waktu untuk mengajar siswa-siswanya.
Salah satu pendidik di Sekolah itu yakni, Desi Hendri Yani SPd yang berasal dari Bireuen Provinsi Aceh. Dia merupakan salah satu dari sekian ribu para pejuang pendidik dipelosok negeri yang ditugaskan untuk mencerdaskan anak-anak pedalaman daerah terpencil.
Dengan masih banyaknya sekolah yang belum maksimal diperhatikan, kedepan tentu diharapkan mendapat perhatian lebih. Sehingga pemerataan pendidikan sesuai amanat UUD dapat ditegakkan, dan Kemerdekaan pendidikan dapat dirasakan oleh anak-anak pelosok negeri.
Pada tahun 2019 ini, sekolah tersebut mendapat bantuan rehab bangunan dari pemerintah. Hanya saja, belum ada penambahan tenaga pendidik.
Penulis : Safrizal ST