KETAPANGNEWS- Mungkin kebanyakan masyarakat belum banyak mengetahui jika di Keraton Kerajaan Matan Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat ada barang peningalan sejarah yang biasa disebut meriam “Padam Pelite”. Keraton yang berada di jalan P Kesuma Jaya Kelurahan Mulia Kerta Kecamatan Benua Kayong ini masih menyimpan banyak misteri yang belum terungkap secara utuh.
Penjaga Keraton Uti Syahrudin menjelaskan, Meriam “Padam Pelite” merupakan dua buah meriam yang berpasangan dan juga tidak bisa dipisahkan meriam ini juga disebutnya meriam sepasang “Suami Istri”.
Meriam ini merupakan peninggalan kerajaan Matan yang juga dipercayai mempunyai tujuh penunggu makhluk halus (jin) yang masing-masing memiliki nama. Namun Uti lupa nama-nama tujuh makhluk halus tersebut.
Uti mengungkapkan, dulunya pernah orangtuanya, sebelum ia menjadi penjaga keraton, untuk menguji kebenaran meriam Padam Pelite ini, apakah benar merupakan meriam sepasang suami istri, di pisahkan kedua meriam ini, satunya meriamnya dipindahkan ke kamar lain. Alhasil orangtuanya yang memindahkan meriam itu malamnya tak bisa tidur dengan tenang serta selalu bermimpi agar kedua meriam tersebut disatukan kembali.
“setelah disatukan lagi, baru orangtua saya bisa tidur tenang,” ungkapnya Jumat (6/1) sore ditemuai di Keraton.
Uti menceritakan, kalau dihidupkan meriam ini maka gema yang dirasakan akan sampai ke daerah Padang tikar Kabupaten Kubu Raya Pontianak, konon kabarnya dulu semua Pelite akan padam seluruhnya.
Selain itu, meriam padam pelite juga dipercayai masyarakat sebagai tempat bayar niat (nazar), masyarakat pengunjung percaya permintaan mereka terkabulkan. Nazar yang dilakukan dengan membawa kain kuning, beras dan ayam kampung.
Adapun cara untuk menyampaikan niat dengan membaca Alfatihah 3 kali, Shalawat 4 kali dan kemudian mengucapkan apa yang kita inginkan atau niatkan dalam hati. Ada yang membedakan dari kedua meriam tersebut.
“Jika meriam panjang berarti laki-laki, kalau pendek berarti meriam perempuan,” jelas Uti.
Meriam Padam Pelite ini, pernah juga waktu itu dihidupkan atau dibunyikan pada waktu acara festival keraton belum lama ini, yang menghidupkanya dan menyalakan meriam tujuh raja dari berbagai daerah.
“Cara menghidupkanya harus melewati beberapa ritual, pertama kita harus permisi dengan penunggu meriam tersebut. Kedua, kita juga harus membawa garam sendawe obat penawar senapan lantak,” tutup Uti Syahrudin.(nop)