Ketika Harapan “Sang Penyapu Jalanan” Bergantung Kepada Pemerintah

"Harapan kita semoga tetap dipercaya dan diberi amanah bekerja sebagai tukang sapu.Karena itu mata pencaharian kami. Saya masih siap dan sanggup berkerja," harap Dania seorang tukang sapu.

foto dania (baju ungu) saat ditemui di kediamannya, di desa kalinilam, kecamatan delta pawan, Senin (23/1).
foto dania (baju ungu) saat ditemui di kediamannya, di desa kalinilam, kecamatan delta pawan, Senin (23/1).

KETAPANGNEWS.COM – Ditengah hiruk pikuk wacana tes ulang terhadap tenaga honor dan kontrak di lingkungan Pemerintah Daerah (Pemda) Ketapang. Ada sosok yang berani untuk mengikuti tes meskipun tak bermodalkan pengetahuan membaca dan menulis. Ia pun menggantungkan harapan ke Pemerintah Daerah Ketapang untuk dapat memberikan toleransi kepada dirinya dan tukang sapu lainnya yang telah bekerja lama.

Dia adalah Dania wanita berusia 54 tahun ini satu dari 158 tenaga harian lepas yang bekerja sebagai tukang sapu di Dinas Kebersihan Ketapang seolah tak kenal menyerah. Dania ibu dari delapan anak ini sama sekali tak pernah mengenyam pendidikan. Namun tekadnya telah bulat untuk tetap ikut tes jika memang kebijakan tersebut tak lagi bisa ditolerir oleh Pemda Ketapang.

“Harapan kita semoga tetap dipercaya dan diberi amanah bekerja sebagai tukang sapu.Karena itu mata pencaharian kami. Saya masih siap dan sanggup berkerja,” harapnya tulus ketika disambangi awak media dikediamanya Kelurahan Kalinilam Senin (23/1).

Dengan beban tanggungan kredit motor, Ia harus tetap bekerja, bagaimana bisa membayarnya jika dirinya tidak berkerja lagi. Ia pun juga sudah mulai mengurus persiapan syarat seperti Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) dari kepolisian.

Bermodal pengalaman serta tanggung jawab kerja yang besar sebagai tukang sapu sejak tahun 1992 silam. Dania yang telah mempunyai cucu ini seolah tak mau mengalah melawan keadaan. Kondisi fisik yang tak lagi muda tak membuatnya kehilangan semangat, untuk tetap bekerja sebagai tukang sapu yang telah ditekuninya selama 25 tahun.

Saat ditemui dikediamannya  Dania tampak baru saja pulang dari berjualan pecal di daerah Saunan. Selain bekerja sebagai tukang sapu dirinya harus tetap berjualan pecal untuk menambah pemasukan. Terlebih gaji perbulan yang didapat menjadi tukang sapu habis untuk membayar kredit motor yang digunakannya untuk pergi bekerja sebagai tukang sapu di rute Jalan Merdeka.

Duduk dikursi bewarna hijau, Dania menceritakan awal mula bekerja sebagai tukang sapu di Dinas Kebersihan. Saat itu sekitar tahun 1992 dirinya sangat memerlukan pekerjaan untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup. Dania kemudian melamar pekerjaan ke Dinas Kebersihan Ketapang.

“Saya masih ingat saat melamar hari hujan, jadi saya basah kuyup datang ke Dinas Kebersihan, disana saya ditanya sama pegawai dinas. Kalau tidak salah namanya pak Najar.Pak Najar bilang kalau mau kerja nanti kerjanya ambil sampah, bersihkan parit. Tanpa pikir panjang saya mengatakan siap bekerja apapun saat itu. Alhamdulillah saya diterima,” tuturnya mengingat memori lamanya.

Dania mengungkapkan, gaji pertama yang diterima saat itu sekitar Rp 200 ribu perbulan, ia-pun bersyukur lantaran dapat membantu meringankan kebutuhan rumah tangganya.

“Kalau sekarang gajinya sudah Rp 1.050.000 ribu, Alhamdulillah,” ucapnya.

Dania menceritakan pengalaman suka dukanya selama berkerja, mulai dari membersihkan parit selama setengah hari, hingga pengendara yang ugal-ugalan saat Ia menyapu hingga dikejar oleh pemuda yang mabuk.

“Pernah dikejar orang mabuk, dia pikir saya wanita yang ia kenal. Padahal saat itu saya sudah bilang nama saya dan saya juga sudah ompong tidak mungkin wanita yang dia kenal. Tapi saya malah dikejar, beruntung saya bisa lari dan dibantu oleh warga, saat itu ada trauma, tapi karena pekerjaan adalah mata pencaharian, jadi tidak saya pikirkan,” ceritanya.

Dirinya dulu pergi berkerja dari rumah masih menggunakan sepeda, namun setelah memberanikan diri mengambil kredit motor, dirinya setiap hari diantar oleh sang anak. Bahkan anaknya tak segan membantunya menyapu, ketika ia sedang sakit.

“Turun dari rumah setelah salat subuh, paling lama pukul 06.00 selesai nyapunya, di rute saya ada 6 orang petugas sapu yang menyapu,” jelasnya.

Namun, dengan adanya wacana tes ulang terhadap tenaga honor dan kontrak, maka harapan untuk tetap bekerja dan menekuni pekerjaan yang sudah 25 tahun dilakukannya seolah sirna. Dania tetap semangat untuk mengikuti tes tersebut. Meskipun dirinya sama sekali tidak pernah mengenyam pendidikan.

Namun asa untuk mengabdi dan berkerja itu masih terselip didadanya kepada Pemerintah Daerah untuk bermurah hati menerima mereka kembali berkerja sebagai penyapu jalanan.(dra)

Leave a Reply

Your email address will not be published.