Mengenal Lebih Dekat Junaidi SP Wakil Ketua DPRD Ketapang

Ingat Pesan Ibu

img_0317
Junaidi SP Wakil Ketua DPRD Ketapang

Laporan Wartawan Ketapangnews.com, Andra

KETAPANGNEWS.COM- Mungkin masyarakat Ketapang tidak asing lagi mendengar nama Junaidi SP. Pria kelahiran Ketapang 9 Januari 1979 silam ini merupakan legislator senior partai berlambang pohon beringin (Golkar). Junaidi anak dari seorang ayah yang hanya berkerja sebagai Nelayan dan Ibunya petani ini, siapa menyangka kini menjabat Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Ketapang. Seperti apakah perjalanan kehidupanya ?

Wartawan Ketapangnews.com sempat berbincang cukup lama dengan sosok Wakil Ketua DPRD Junaidi.Banyak hal yang bisa dijadikan pelajaran dan motivasi dari seorang Junaidi yang kini kita anggap telah sukses di dunia Politik. Maklum amanah untuk jabatan sebagai Wakil Ketua DPRD, bukanlah jabatan yang mudah didapat bagi seorang politisi.

Sisi kehidupan sulit untuk mengapai pendidikan yang tinggi pernah dialami Junaidi, cerita itu berawal di tahun 1990 lalu, ketika Almarhum Ayahnya meninggal saat ia baru duduk di Kelas 6 Sekolah Dasar (SD) di Desa Pelang. Untuk meringankan beban ibunya yang telah ditinggal ayahnya juga demi melanjutkan pendidikan Ia bersama saudara-saudara kandungnya harus tinggal dirumah kerabat orangtuanya di Desa yang berbeda. Di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) Junaidi bersekolah di MTS Darulfalah Desa Sei Awan, tinggal di rumah pamanya yang kebetulan pamanya tidak mempunyai anak laki-laki.

Tak hanya sampai disitu Junaidi suami dari Yuniarti S.Pd ini harus hijrah lagi ke rumah bapak angkatnya di Kampung Kaum untuk melanjutkan pendidikan di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), ia pun bersekolah di Madrasyah AT- Taqwa Kampung Kaum. Usai pulang sekolah Junaidi berkerja di Sawmil milik Pak Doel orangtua asuhnya.Mulai pekerjaan membelah hingga mengetam kayu ia jalani untuk mencari pengalaman hidup, Ia sadar tinggal dirumah orang harus pandai membawa diri.

Junaidi anak ke enam dari delapan bersaudara ini masih ingat pesan Almarhumah ibunya yang meninggal lima tahun lalu saat itu ia sudah duduk sebagai anggota DPRD Ketapang periode pertama.  Dimana, pesan itu masih diingat sampai sekarang serta menjadi motivasi bagi dirinya.

“Pesan ibu saya, jangan pikirkan mak (ibu) dan jangan lihat rumah kita, karena tidak ada apa-apa dalam rumah kosong melompong, tak punya satu set kursi juga tak ada lemari. Jangan dengki dengan orang yang punya motor yang punya kursi meja lemari bagus, tetapi kalian pikirkan sekolah, ketika sudah sekolah pemikiran kalian terbuka, cari kerja juga nyaman (mudah) dan jangan jadi orang kampung lagi, hari-hari keluar tenaga cari duit, itu  yang saya cam- kan (renungkan),” kenang Junaidi.

Setelah tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) Junaidi sempat bekerja sebagai honerer di Pabean Entikong untuk mengumpulkan uang guna biaya kuliah. Junaidi yang gemar berorganisasi juga mantan aktivis ini kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Tanjungpura (Untan) tahun 1997 mengambil jurusan Pertanian, hanya butuh waktu 4 tahun 7 bulan ia lulus di bulan Februari tahun 2002 menyandang gelar Sarjana SI Pertanian (SP), kemudian ia melanjutkan pendidikan Akademik S2 mengambil Jurusan Administrasi Negara menyandang gelar M.Si.

Saat di Pontianak- pun Junaidi sempat juga tinggal dirumah bibinya di Jeruju mengikuti kursus Balai Latihan Kerja Indonesia (BLKI). Kemudian setelah ia diterima kuliah 1997 di Untan ia pun mengikuti jejak sang abangnya yang terlebih dulu tinggal di asrama Mahasiswa Ketapang sejak 1996. Alasanya pindah ke asrama sebab ia tak memiliki kendaraan untuk berangkat kuliah dari Jeruju ke kampusnya. Kemudian di tahun 2000 adiknya yang juga kuliah di Pontianak ikut menyusul tinggal di asrama Ketapang. Junaidi sejak masuk kuliah pada semester pertama untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari dan kebutuhan kuliah dengan uang yang ia tabung dari hasil bekerja selama setahun sebelumnya. Beruntung, ketika memasuki semester tiga karena kemampuan Akademik plus pengalaman beroganisasi sejak masuk kuliah, dirinya pun mendapat beasiswa.

” kadang mak (ibu) mengirim beras  dan ikan asin untuk kami bertiga beradik (saudara),” tuturnya.

Junaidi kini mempunyai tiga orang anak yakni Numa Fadilah lahir 2005, Ikil Fadil lahir 2007 dan Fatin Nisa Dafira lahir 2014. Numa Fadilah saat ini duduk di Kelas 6 Sekolah Dasar (SD), Ikil Fadil duduk di kelas 4 Sekolah Dasar (SD), sementara Fatin Nisa Dafira belum bersekolah. (Bersambung)    

Leave a Reply

Your email address will not be published.